KNOCK OUT
OLEH : UB. IRCHAM
Marvin
menghela nafas beratnya untuk kali ke empat. Sekali lagi, lelaki bertinggi 180
sentimeter itu harus menelan kekecewaan lagi. Bintang mendampratnya untuk yang
ke.. Marvin lupa sudah sampai hitungan keberapa perempuan istimewa itu dia
izinkan untuk melakukannya.
Marvin
Johansen. Eksekutif muda yang cukup sukses, 28 tahun umurnya. Ga setampan Brad
Pitt memang.. tapi dia juga ga jelek-jelek amat. Karismatik, begitulah
deskripsi orang-orang yang melihatnya.
“Aku
udah bilang, aku ga ada waktu buat ketemu kamu. Aku belum bisa maafin kamu,
okey?! So stay away from me!”
Udah dua bulan aku minta maaf, tapi
kamu masih aja membatu ga mau maafin aku. Sampai kapan, Bintang? Marvin
membatin. Baru kali ini dia mengemis maaf dari seorang perempuan. Baru kali ini
dia merasa menyesal mutusin cewe. Baru kali ini pula dia ngalamin yang namanya
Cinta Lama Bersemi Kembali. Baru Bintang yang bisa bikin Marvin merasakan semua
itu.
::
“Aku
pengen kita putus”
Kalimat
pendek itu membuat Bintang mengerjapkan matanya. Ini beneran? Dia ucek-ucek kemudian melebarkan kedua bola matanya.
Dan memang kalimat itulah yang terpampang dilayar monitor handphone nya. Marvin mutusin gw lewat sms? Bintang
nengok ke samping kirinya. “gw mimpi apa ya?” dia nanya sama bayangannya di
cermin kaya orang linglung. Dia baca lagi. Kali ini sampe dieja. Tapi hasilnya
tetep aja kalimat “Aku pengen kita putus”. Bintang bengong. Dia baru aja bangun
dari tidur siangnya waktu nerima sms itu.
“Aku serius, Bi.. aku rasa kita udah ga
sejalan..”
“Maksud
kamu?”
“Aku
selalu salah dimata kamu. Aku kurang merhatiin saat kamu sakit, kamu ngambek.
Aku jarang menghubungi kamu, kamu marah. Aku ga bisa rutin ngapelin kamu, kamu
uring-uringan. Padahal kamu tau kaya gimana sibuknya aku. Aku tuh jadi ngerasa
kaya pacar yang jahat yang lebih sayang sama pekerjaannya ketimbang sama
cewenya. Aku ga bisa kaya gini terus. Aku ga suka selalu ngerasa bersalah
setiap kali kita ribut. Aku cape, Bi. Aku..”
“Apa
dosa aku udah ga terampuni? Udah sebegitu salah nya kah aku sampe kamu pengen
banget putus sama aku? Apa ga sebaiknya kita break dulu? Sebulan atau dua bulan
atau sampe kita baik-baik lagi. Apa harus putus, Marv?” bergetar suara Bintang.
Perlahan tetesan air bening jatuh dari kedua matanya.
“Maafin
aku, Bi. Tapi lebih baik kita..”
“Putus?”
Bintang menggigit bibirnya untuk meredam sakit yang terasa di ulu hatinya.
“Iya.
Aku harap kita masih bisa bertem..”
Marvin
belum menyelesaikan kalimatnya saat Bintang dengan reflek memencet tombol merah
di hapenya. Sedetik kemudian dia lempar sembarangan benda itu.
“I
WILL NEVER FORGIVE YOU, MARVIN! NEVER!!” teriak Bintang sebelum akhirnya
menenggelamkan wajahnya dibalik bantal. Dia menangis histeris. Menumpahkan sakit
yang sungguh luar biasa yang tengah dirasakan hatinya.
Bintang
menyeka air mata nya. Sejenak tadi dia kembali ke masa lalu. Tepatnya ke enam
bulan yang lalu. Saat Marvin, lelaki yang dulu amat dia cintai itu semena-mena
menghancurkan hatinya bertubi-tubi. Dulu?
Siapa sih yang coba lo boongin, Bi? Sampe sekarang pun lo masih cinta sama
dia..
Apakah
sebuah cinta mampu untuk selalu memaafkan?
Bintang
masih belum tau jawabannya..
::
Senyum
Marvin terlihat sumringah. Senyuman terlebar sejak dia putus sama Bintang.
Penyebabnya adalah seorang gadis berambut lurus sebahu yang sedang tersenyum
manis dihadapannya. Gadis cantik berbola mata indah itu ga lain adalah Bintang.
Mereka sedang menikmati makan malam disebuah restoran didalam hotel berbintang lima.
Salah satu cara Marvin menunjukkan cinta kepada pujaan hatinya.
“You
look wonderful tonight, Dear..” Marvin menggengam tangan Bintang
“Eric
Clapton banget deh kamu” Bintang menjulurkan lidahnya, membuat Marvin gemes
kemudian mencubit hidung bangirnya. Mereka berdua tertawa lepas tanpa
memperdulikan ke-eksklusif-an tempat mereka makan malam saat ini.
“Aku
serius..” kembali Marvin menggengam tangan Bintang kemudian menatap dalam ke
mata perempuan yang amat dia cintai itu.
“I
love you, Bi” Marvin hendak mencium tangan Bintang ketika reffrain lagu Kenagan
Terindah nya Samson mengalun. Itu adalah bunyi ringtone telepon genggamnya.
Dengan emosi setinggi tugu monas dia merogoh kantong celananya.
Tepat
disaat dia meraih handphonenya, dia terbangun.
“Damn!
Mimpi doang!”
Marvin
gerusukan mencari ponselnya.
Nomer yang anda tuju berada di luar
service area. Silahkan..
“Aarrrrrggghh!!
Kamu bener-bener udah bikin aku gila, Bintang!”
::
Segelas
Mango Smoothies dan angin Pantai Padang-Padang menjadi teman Bintang menikmati
sorenya di sebuah café. Pantai yang berada di Desa Pecatu, yang pernah membuat Michael
Learns To Rock terpesona ini adalah salah satu tempat favorite Bintang untuk
sejenak melupakan gundah gulana hatinya di Pulau Dewata. Kelompok musik asal
Denmark itu pernah membuat video klip untuk lagu mereka yang berjudul Someday.
Julia Roberts juga pernah syuting untuk film Eat, Pray, Love nya di pantai yang
dikelilingi tebing-tebing yang menjulang indah dan gua-gua karang yang
terbentuk dari hempasan ombak pada batu karang ini. Pantai yang selalu bikin
kangen siapapun yang pernah mengunjunginya.
Sambil
menunggu detik-detik menjelang sunset, dia membaca lagi pesan-pesan Marvin di WhatsApp
nya Tiap kali membaca permintaan
maaf dan rayuan-rayuan mantannya itu Bintang merasakan sedih dan gembira
bersamaan. Mungkin perasaan ini yang
mengispirasi Def Leppard waktu nyiptain When Love And Hate Collide kali ya? Bintang
menghela nafas. Betapa dia sangat merindukan cowo romantis bermata hijau,
keturunan Swedia-Sunda, berambut semi plontos yang udah sering menyakiti
hatinya itu.
Bintang
mengenal Marvin di dunia maya. Lewat Yahoo Messenger mereka berkenalan. Dia
termasuk salah satu dari sedikit manusia di bumi ini yang masih menggunakan YM.
Setidaknya itu pendapat teman-teman kampusnya. Bintang si old fashion lady,
mereka bilang. Tapi Bintang ga pernah ambil pusing dengan hal itu. Toh dia juga
ga termasuk manusia yang kurang pergaulan kok. Being old fashion is not a
problem. Being kuper? that’s the real disaster! Begitu motto hidupnya.
Dia
sama sekali ga nyangka perkenalan nya dengan cowo yang terlahir enam tahun
lebih dulu dari dia itu akan memberi banyak rasa dan warna dikehidupannya.
Selang dua bulan yang cukup intens ngobrolin macem-macem di YM dan
bales-balesan komen di Facebook, Marvin nembak dia tepat dihari ulang tahunnya.
“Enakan temenan aja deh, Marv.. aku belum kepengen pacaran. Lagian juga kita
kan belum pernah ketemu. Takutnya kamu kecewa klo udah liat aslinya aku loh hehe.
Kita temenan aja ya? J” tolakan halus Bintang waktu itu. Tapi
ternyata Marvin pantang menyerah. Justru Bintang yang akhirnya angkat tangan.
Dia menerima Marvin setelah cowo itu tiba-tiba mengetuk pintu kosannya. Dia ga
akan pernah lupa gimana hatinya bersorak dan melompat kegirangan saat mereka
bertatapan langsung untuk pertama kalinya.
Sebulan
pertama hubungan mereka, semua manis. Bahkan ribut-ribut kecil antara merekapun
terasa indah. Bulan berikutnya masih manis. Walau rasa asam mulai muncul tiap
Bintang kesal sama Marvin, dia tetap menikmati hari-harinya bersama sang pacar.
Menjelang bulan ke empat.. rasa sepat yang lebih sering Bintang rasakan. Marvin
udah jarang sms, jarang nelpon. Padahalkan mereka LDR-an. Bintang kuliah di
Denpasar dan Marvin bekerja di Magelang. Komunikasi itu penting. Bintang mulai
sering bertanya “Apa Marvin ga kangen sama gw?!” ke dirinya, ke temen-temennya,
bahkan ke tembok kamar kosannya. Kalo Bintang protes tentang hal itu, Marvin ga
terima.
Bintang
jadi curiga kalo Marvin selingkuh. “Yang sekota aja bisa nyelingkuhin, apalagi
yang beda! Jarak Magelang-Denpasar itu jauh, Bi.. bukan ga mungkin cowo kamu
itu “mampir” juga ke kota lain kan? Aku bukannya mau nakut-nakutin loh ini.
tapi ada baiknya kamu selidiki. Ga baik kan kalo terus-terusan berprasangka
buruk ke dia? Mudah-mudahan dia emang beneran sibuk makanya jadi kurang
perhatian sama kamu” Kata Yulinda, sahabatnya.
Selang
beberapa hari, dugaan Bintang dan kata-kata Yulinda terbukti. Bintang pun
langsung mutusin Marvin meskipun mereka baru seminggu yang lalu ngerayain hari
jadi mereka yang ke empat bulan.
“Aku
ga mau putus. Aku masih sayang banget sama kamu, Bi. Masa cuma karena aku
jarang hubungin kamu, kamu minta putus sih? kan yang penting aku ga lupa anniversary
kita. Baru minggu kemarin kita ngerayain itu, masa sekarang kamu minta putus?
Aku ga mauuuu”
“Cuma
karena itu?! Marvin, kamu selingkuh! Dan itu yang bikin aku mutusin kamu!”
“Aku
ga selingkuh, Dear.. kamu salah faham! Aku cuma menghibur dia aja.. dia abis
putus sama cowo nya. Aku ga mungkinlah selingkuh sama dia.. dia udah aku anggap
adik sendiri. Percaya dong sama akuuuu” Marvin masih berusaha membuat Bintang
mengubah keputusannya.
“Yeah
right! Kamu pikir aku bodoh atau apa?! Mana ada adik-kakak semesra ini! dan
ini.. dan ini!” Bintang menunjukkan foto-foto mesra Marvin dan seorang cewe
bule.
“Mesra
apanya sih?! Cuma cium pipi dan rangkulan aja kok. Itu kan biasa, Bi. Itu..”
“Well,
aku ga pernah semesra itu sama abang aku. So..” respon Bintang datar.
Marvin
bilang kalo cewe pirang itu baru datang dari Swedia dan pengen refreshing,
mengobati patah hatinya karena ditinggal nikah sama cowonya tanpa sebab yang
jelas. Bintang ga mau tau soal itu.
“Kamu udah bohong sama aku, nyelingkuhin aku
dan itu udah cukup buat aku untuk mutusin kamu. Lagian aku ga mau dikangenin
sama kamu cuma pas ditanggal jadian kita aja. Aku bosen terus-terusan minta
diperhatiin sama kamu. Aku bukan pengemis cinta tau! Kita putus. Titik” Tanpa
memperdulikan rengekan Marvin, Bintang memutuskan hubungan mereka.
Tapi
Marvin belum menerima keputusan Bintang. Dia bersikeras kalo dia ga selingkuh,
dia cuma TTM-an sama cewe itu. Buat Marvin TTMan sama selingkuh itu beda.
Marvin tetep ga mau diputusin sama Bintang.
Dengan
kegigihannya, Marvin kembali bisa menaklukan hati Bintang. Dalam waktu tujuh
bulan lelaki itu berhasil membuat Bintang menerimanya kembali. Dia sukses
meyakinkan Bintang kalo dia ga akan pernah selingkuh dalam bentuk apapun. Dia
ga mau TTM-an lagi sama cewe manapun. Cewe pirang yang sempet bikin Bintang
meradang dan Marvin khilaf itu bernama Karra. Marvin bilang dia udah kembali ke
negaranya dan akan menikah disana.
Bintang
bahagia karena Marvin berubah. Bukan cuma jadi rajin nelpon, sms dan
sejenisnya.. cowo itu juga rajin mengunjunginya. Hampir setiap akhir pekan atau
paling tidak sebulan dua kali Marvin “setor muka” ke Bintang. Bintang yakin
kalo kali ini Marvin ga akan lupain janji-janji dia waktu ngajak balikan dulu. Tapi
ternyata dia salah. Kebiasaan lama Marvin muncul lagi. Bintang mulai merasa
harus ngambek dulu baru diperhatiin. Meski begitu Bintang ga mau buru-buru
mutusin Marvin. Dia mencoba bertahan. Mengusir jauh-jauh tiap kali pikiran
negative nya datang dan memilih untuk meyakini kalo Marvin udah bener-bener
berubah, Marvin yang sekarang itu cowo setia. Bintang memaksa dirinya untuk
bersikap dewasa dengan lebih bersabar. Dan meskipun sedih karena Marvin ga
terlalu merhatiin dia saat dia sakit, dia tetap berusaha mengerti kesibukan
pacarnya yang memang gila kerja itu.
Tapi
yang terjadi kemudian malah Marvin yang mutusin dia. Kata Marvin dia merasa
terkekang pacaran sama Bintang. Mutusin nya lewat sms lagi! Bintang sempet
ngerasa kejadian itu emang salahnya. Marvin minta putus karena dia yang ga
mampu jadi pacar yang baik. Berminggu-minggu Bintang menyalahkan dirinya
sendiri sampai dia denger dari Davi, sahabatnya Marvin kalo Marvin udah pacaran
sama cewe lain di Bandung. Cewe itu sahabat masa kecilnya, cinta pertamanya
Marvin. Davi pikir Bintang udah tau dan Bintanglah yang mutusin Marvin yang
udah nyelingkuhin dia. Davi ga nyangka kalo yang mutusin justru Marvin. Pake
acara pura-pura jadi korban nya Bintang pula.
Rasanya kaya udah jatoh ketimpa
tangga terus ketiban pohon sama monyet-monyetnya waktu Marvin dengan santainya
ngakuin kalo alasan dia mutusin Bintang itu karena cintanya udah di approve
sama Gladis. Ga ada rasa bersalah sama sekali saat Marvin cerita gimana
bahagianya dia sekarang dan menyanjung memuji cewe itu di depan Bintang.
“Aku sadar aku udah nyakitin kamu.
Tapi paling engga sekarang aku jujur kan? Kita.. masih bisa berteman, kan?”
Bintang menjawab
pertanyaan-pertanyaan Marvin dengan sebuah tamparan keras di pipi kiri lelaki
itu. Tanpa kata dia ninggalin Marvin yang mematung ditempatnya. Ngilu dihatinya
berkali lipat melebihi ngilu yang dia rasakan ditelapak tangannya.
Bahkan setelah semua rasa ga enak
yang pernah kamu kasih ke aku, Sunset ga pernah terlihat cantik tanpa kamu,
Marv..
Bintang
memandang nanar sunset yang ga cantik menurutnya itu.
Kenapa aku belum bisa maafin kamu
tapi juga masih terus aja nganggenin kamu? Aku kangen kamu, Marvin. Aku
kangen.. kita.
Bintang
memejamkan matanya. Terasa lagi rasa sakit itu. Luka lamanya bersemi kembali
mengingat kebohongan besar yang udah dilakuin seorang Marvin terhadapnya. Sembilan
bulan sudah berlalu tapi lukanya masih disana. Tepat di pusat hatinya.
::
“Bi..”
Marvin
langsung melepaskan gengamannya dipergelangan tangan Bintang ketika perempuan
itu menatap sinis kearahnya.
“Bintang!
Kamu mau aku ngapain lagi untuk nunjukin gimana nyeselnya aku udah mutusin
kamu? Aku udah puluhan kali minta maaf, mawar putih kesukaan kamu yang aku
kirim mungkin udah bisa kamu jadiin kebun. Aku bahkan udah berlutut barusan.
Tapi kenapa kamu belum juga mau maafin aku?! Everybody made a mistake! Please
give me a second chance, Dear..”
Bintang
mempercepat langkahnya. Dia muak. Dia cape. Dia.. hanya ingin pergi sejauh
mungkin dari lelaki bernama Marvin Johansen yang dia benci sekaligus masih dia
cintai itu.
“Bintang!
memangnya kesalahan aku sebesar apa sampai kamu susah sekali maafin aku? It’s
been almost a year for God Sake!” Marvin Histeris.
Bintang
berbalik dan bergegas berjalan ke arah Marvin.
“Ya,
Marvin.. everybody made a mistake. A MISTAKE! Kamu?!”
Marvin
terkesima melihat kilatan dimata Bintang.
“And
second chance? Aku udah pernah ngasih kamu itu tapi kamu sia-siain! lupa? perlu
aku ingetin gimana kamu udah nyakitin aku?! Berapa kali kamu udah nyakitin
aku?!”
Marvin
terdiam.
“And
even if..” tenggorokan Bintang tercekat
“IF i still love you..” Bintang menguatkan
dirinya untuk tetap menatap Marvin
“Apakah
sebuah cinta mampu untuk selalu memaafkan?” sebutir air mata jatuh dari mata
Bintang.
“Kalau
kamu yang aku sakitin berkali-kali.. kalau aku yang ngelakuin kesalahan yang
sama ke kamu terus menerus.. Apa kamu mampu untuk selalu maafin aku?”
Marvin
termangu. Lidahnya mendadak kelu.
::
Mata
Bintang serasa mau loncat keluar melihat sesosok lelaki yang sudah tiga
bulan menghilang dari hidupnya.
“Ka..
mu?”
“Hey.
How are you?” lelaki itu mengulurkan tangannya
“Kok
kamu tau aku ada disini?”
“Aku
kangen sama kamu, Bi..” sedikit kecewa, lelaki itu menarik uluran tangan nya
yang ga mendapat sambutan
“Kok
kamu tau aku ada disini?” Bintang masih terkesima
Marvin
cuma tersenyum “Bisa kita ngobrol sebentar?”
“Marv..”
“Sebentar
aja. Please? Ini penting banget”
Butuh
waktu beberapa detik sebelum akhirnya Bintang mengangguk.
Dua
bulan yang lalu, sejak kejadian di kosan Yulinda, Bintang menghilang. Gadis itu
meninggalkan Denpasar dan pergi entah kemana. Dia bahkan udah berhenti kuliah.
Berpuluh kali Marvin membujuk Yulinda untuk memberitahu kemana Bintang pergi,
tapi sahabat kentalnya Bintang itu ga mau ngasih tau. Yang Marvin dapat dari
Yulinda hanyalah omelan. Padahal Marvin udah mengorbankan weekend nya, hari
liburnya demi mencari Bintang, tapi tetap saja Yulinda ga terharu dan tetap
bungkam. Marvin nanya ke teman-teman kampusnya Bintang, tapi ga ada yang tau
Bintang pergi kemana. “Bintang sih pamit sama saya mau ke rumah neneknya di
Semarang” kata bu Made, ibu kos nya. Tapi begitu Marvin ke sana, nihil. Bintang
memang pernah ke rumah neneknya, tapi cuma dua hari dan dia wanti-wanti
neneknya untuk tutup mulut kalo Marvin nanyain keberadaannya. Lagi-lagi Marvin
pulang ke rumahnya tanpa hasil. Tanpa tau keberadaan Bintang.
Tapi
bukan Marvin namanya kalo dia menyerah begitu aja. Bagai detektif, Marvin
mengawasi gerak-gerik Yulinda. Dia yakin sekali kalo Yulinda dan Bintang masih
saling kontekan. Usahanya menuai
hasil. Kesabarannya berbuah manis. Suatu siang, ada sebuah paket buat Yulinda
dari Bintang. Yulinda sedang di kampus waktu itu dan Marvinlah yang menerima
paketnya. Dia hanya mencatat alamat Bintang, paketnya dia kasih ke Ibu Made.
Rasanya seperti dapetin milyaran rupiah dari undian kopi rencengan yang
iseng-iseng dia ikuti, Marvin teriak kegirangan mendapatkan alamat pujaan
hatinya. Ga nunggu Sabtu berganti menjadi Minggu, Marvin langsung terbang ke
Jakarta. Dengan pesawat terbang tentunya. Karena dia bukan Superman.
::
Mendung
masih menaungi langit Jakarta pagi ini. Tanah pun masih basah, jejak dari hujan
yang turun semalaman. Suasana sendu yang menyelimuti Ibu Kota Negara ini
berbanding terbalik dengan suasana hati Marvin. Hatinya hangat ditengah
dinginnya udara disekitarnya.
Senyum
Marvin belum juga hilang sejak dia membuka matanya tadi sampai dia menyalakan
mesin Honda Jazz hitam nya saat ini. Hatinya berbunga-bunga menuju rumah
Bintang yang hanya berjarak 25 Menit dari hotel tempat dia menginap. Dia
berencana untuk segera mencari kontrakan. Segera setelah dia mengantar Bintang
ke kampusnya. Bintang memang belum menerima cinta nya lagi. Tapi paling ga
gadis 22 tahun itu udah maafin dia. Marvin akan berjuang kembali untuk merebut
hati Bintang. I’ll make you love me once
more, Bi! Gimana pun susahnya.. aku akan perjuangin cinta kamu. Tekad
Marvin.
Senang
sekali akhirnya bisa mendapatkan maaf dari Bintang.. Marvin menghela nafas
bahagia. Kali ini lo ga boleh mengulangi
kesalahan yang sama, Marvin! Bintang udah ngasih lo kesempatan ketiga, jadi
jangan lo kacauin lagi! Ancam seseorang ketika dia nengok ke kaca spion
mobilnya. “i won’t” jawabnya sambil mengedip kemudian tersenyum ke seseorang
itu. Ga sia-sia dia berhenti dari pekerjaan lamanya sebagai Manager di sebuah
perusahaan swasta yang cukup ternama di negeri ini. Dia tinggalkan kenyamanan
hidup di Magelang untuk pindah ke Jakarta yang masih serba ga pasti. Dia
tinggalkan jabatan yang dulu dia raih dengan penuh perjuangan dan sekarang memulai
dari awal lagi : mencari pekerjaan. Semua dia lakuin demi Bintang. Demi bisa
bersama lagi dengan satu-satunya wanita yang selalu bikin dia kangen meskipun
dia sedang bersama wanita lain.
Marvin
memang memiliki masalah kesetiaan. Dia ga bisa berkomitmen hanya dengan satu
orang wanita. Playboy, bahasa populernya. Dia sempat berfikir kalau sifat ga
setia nya itu menurun dari kedua orang tua nya. Papa nya yang orang Swedia itu
bercerai dengan Mama nya yang mojang Bandung ketika dia berumur 14 tahun. Papa ketahuan
selingkuh sama teman lamanya, eh bukannya berusaha bikin Papa sadar, Mama nya
malah ikutan selingkuh. Sampai umur
Marvin 28 tahun pun Papa masih belum juga sembuh dari “penyakit” playboy nya.
Dari ulah Papa nya itu, Marvin mendapatkan 3 saudara dan 2 saudari tiri, dari 3
perempuan berbeda. Marvin sendiri ga punya saudara kandung. Syukurlah Mama nya
ga seperti papa nya. Dia hidup bahagia bareng Oleg, Oskar dan Om Hans, suami
nya yang sekarang di Russia sana. Oleg dan Oskar adalah saudara tiri yang
paling dekat sama Marvin diantara yang lainnya. Tapi hubungan Marvin dan semua
saudara juga saudari tiri nya ga ada masalah. Mereka baik-baik aja.
Hidup
Marvin berubah ketika dia mengenal seorang Bintang. Bintang yang membuat dia
mutusin dua perempuan sekaligus ketika Bintang menerima cinta nya pertama kali,
tahun lalu, di ulang tahun nya yang ke 27 tahun. “Penyakit” nya kambuh saat
Karra datang. Dia menghianati Bintang. Namun, ga seperti sebelumnya.. Marvin ga
mau ngejadiin Karra pacarnya. Mereka hanya TTMan. Marvin sendiri ga tau kenapa
dia ga bisa menduakan Bintang dengan cewe lain. Padahal sebelum dia kenal
Bintang, dia merasa bebas aja pacaran dengan dua atau tiga cewe sekaligus. Ga
basa-basi pake TTMan, semua dijadiin pacar. Dengan tampang karismatik dan sifat
romantis yang dimilikinya serta didukung jumlah rupiah yang mumpuni di rekening
bank nya.. ga susah buat Marvin membuat kaum hawa mengagumi untuk kemudian
jatuh cinta sama dia. Sebelum ketemu Bintang, perempuan datang dan pergi begitu
aja, ga ada yang berbekas di hatinya. Di putusin pun dia cuek aja. Tapi saat
Bintang yang mutusin dia, dia uring-uringan. Jungkir balik dia minta balikan
sama Bintang. Karena meskipun dia jalan sama Karra, dia ga pernah lupa sama Bintang.
Makanya dia shock waktu Bintang minta putus. Baru Bintang yang bisa bikin
Marvin seperti itu.
Bahkan
waktu dia yang mutusin Bintang karena cinta nya di terima oleh Gladis, teman
masa kecilnya. Namun Gladis, cinta pertama nya itu ternyata juga ga mampu
membuat Bintang hilang dari ingatan Marvin. Bintang masih ada ditempat
teristimewa di hati Marvin. Dia masih saja merindukan gadis manis yang
menyebutnya dengan “mas botak nanggung ku tercinta” tiap kali ingin meledeknya.
Dia merindukan Bintang meski sedang menikmati sunset bersama Gladis. Gladis
membuat Marvin sadar kalo Bintang emang ga tergantikan. Itulah sebabnya Marvin
mutusin Gladis, karena dia masih cinta sama perempuan berdarah Semarang-Betawi
itu.
Marvin
memang telah berbuat salah kepada Bintang. Dia menyakiti hati perempuan yang
begitu baik dan tulus mencintainya berkali-kali. Sekarang Marvin sadar,
menyesal dan ingin memperbaiki dirinya. Dia bersyukur akhirnya Bintang mau
memaafkannya lagi.
::
Can’t wait to see you tonight, Dear..
:*
Pesan
yang Marvin kirim ke WhatsApp nya Bintang
Mee too J
“Wuhhuw!!” Marvin melonjak kegirangan mendapat
jawaban itu
Dua minggu sudah Marvin menjadi supir pribadi nya
Bintang. Mengantar dan menjemput nya di kampus. Perempuan itu memang belum juga
mau balikan sama dia. Tapi sikap Bintang udah ga jutek lagi. Mereka udah
semakin sering nonton, makan atau sekedar jalan bareng. Itu udah bikin Marvin
seneng dan yakin kalo Bintang masih cinta sama dia, seperti dia masih cinta
sama Bintang.
Kemarin, saat mereka lagi nungguin sunset di atas
atap gedung kampusnya Bintang. Marvin memberikan sebuah kotak yang langsung
dibuka sama Bintang
“Did you know that when a penguin finds its mate,
they will stay together forever? Would you be my penguin?”
“Oww.. Marv..” Bintang menatap Marvin dan kalung
berlian berliontin sepasang penguin lucu itu bergantian. Marvin lega karena
Bintang ga tau kalo kata-katanya itu dia contek dari tulisan di kaos nya Oskar.
Tapi bukan maksud Marvin membohongi Bintang kali ini. Kata-kata itu memang
mewakili harapan dia terhadap Bintang.
“Aku bikin khusus untuk kamu” senyum Marvin tulus
“Marvin..” Bintang menatap Marvin penuh haru
“Aku ga minta kamu jawab sekarang. Aku ga buru-buru
kok. Kamu pakai kalung ini kalo kamu udah mau mempertimbangkan untuk balikan
sama aku. Just take your time, Okey?”
“Okey” Bintang membalas senyuman lelaki yang ada
berdiri dihadapannya itu.
“I love you, Bi..”
“Makasi untuk kalungnya, Marv” jawab Bintang masih
dengan senyumnya
“You’re welcome, Dear” Marvin sama sekali ga kecewa
dengan jawaban itu. Begitulah Bintang. Dan itulah yang membuatnya begitu
istimewa dimata Marvin.
Dan pagi ini Bintang memakai kalung itu. Hampir
copot rasanya jantung Marvin waktu ngeliat kalung itu tergantung cantik di
leher Bintang. “Kamu..” Marvin hanya mampu menunjuk kalung itu, speechless.
Bintang menjawab dengan senyuman dan anggukan. Dia pun ga menolak ketika Marvin
mengajaknya makan malam. Yes! Tonight is the night! Sorak Marvin dalam hati.
::
Meski sedang dipenuhi pengunjung, namun suasana
romantis di restoran ditepi pantai ini tetap terasa. Nuansa temaram perpaduan
lilin-lilin dan lampu-lampu taman yang menjadi ornamen utama restoran,
lagu-lagu cinta yang dimainkan home band, suara lembut deburan ombak.. perpaduan
sempurna untuk melengkapi kebahagiaan manusia-manusia yang sedang jatuh cinta.
“Aku ngerasa ada di surga loh sekarang..”
“Kok bisa?”
“Karena aku ditemenin sama bidadari..” Marvin
mengenggam tangan Bintang
“Huu.. ga apdet
ah gombalannya!”
Marvin terbahak melihat mimik lucu Bintang.
“I love you” Kembali Marvin mengenggam tangan
Bintang yang tadi sempat terlepas.
“Ternyata sebuah sebuah cinta mampu untuk selalu
memaafkan ya, Bi? Aku senang akhirnya kamu maafin aku, meski aku tau itu ga
mudah buat kamu. Kamu ga tau gimana senengnya aku saat ini. Aku cinta banget
sama kamu, Bintang..”
“Kamu bener, Marv.. memaafkan itu ga mudah. Tapi melupakan..
itu jauh lebih susah. Sampai saat ini aku masih belum bisa ngelupain gimana
gampangnya kamu menghianati aku. Dua kali kamu ngelakuin itu ke aku dalam waktu
setahun. Mungkin itu sebabnya sulit buat aku untuk percaya sama kamu lagi. Tapi
aku udah bisa maafin kamu kok. Aku memilih untuk berdamai dengan rasa sakitku
dengan cara maafin kamu..” Bintang melepaskan gengaman tangan Marvin “Aku udah
maafin kamu meskipun sekarang aku udah ga cinta sama kamu”
“Ma.. maksud kamu, Bi?”
“Maksud aku.. ini” Bintang menelpon seseorang dan ga
lama kemudian datanglah lelaki tampan berambut kecoklatan dan bermata biru yang
langsung saja merangkul pinggang Bintang dan menatapnya penuh cinta.
“Aku pengen ngenalin kamu sama calon suami aku. He’s
from America, kita berdua ketemu di bandara waktu aku balik ke Jakarta beberapa
bulan lalu.. ransel kami ketuker and umm.. it was like in the movies hahaha.. anyway,
kami akan nikah bulan depan” senyum Bintang terasa tajam menusuk tepat
dijantung Marvin.
“Buck Willmington” laki-laki itu mengulurkan tangan
nya. Marvin hanya mengangguk.
“Semua pesanan kita tadi udah dibayar sama Buck.
Sorry aku PHP-in kamu belakangan ini. Kita impas ya?” Bintang menyerahkan kalung
penguin pemberian Marvin. “Happy New Year, Marv..” sambung Bintang lalu pergi
meninggalkan dia yang masih sawan.
Marvin belum sepenuhnya sadar saat Buck kembali ke
meja nya “I just wanna say thank you. Terima kasih kamu sudah menjadi orang
bodoh. Karena kalau kamu pintar, kamu ga akan menyia-nyiakan perempuan seperti
Bintang. Aku senang sekali kamu sebodoh itu” Bahasa Indonesia Buck masih
terbata-bata. Tapi Marvin menangkap setiap kata-katanya
“Kalau sempat, datang ya..” Buck menepuk-nepuk
pundak kiri Marvin dan menyerahkan sebuah undangan berwarna biru. Bule yang
dimata Marvin menyebalkan itu pergi dengan senyum lebarnya.
Tepat pukul 12 malam langit Jakarta dihiasi kembang
api beraneka warna. Suara petasan juga ramai memeriahkan malam bergantian
tahun. Setiap dentuman suara petasan dan kembang api yang meledak itu terasa
seperti pukulan Mike Tyson di hati Marvin.
The End